Kiamat Kesehatan: Skenario Terburuk Jika IDI Kehilangan Kendali Etik Medis

Kiamat Kesehatan: Skenario Terburuk Jika IDI Kehilangan Kendali Etik Medis

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) bukan hanya sekadar organisasi profesi, melainkan juga benteng moral yang menjaga kompas etika dalam praktik kedokteran di Tanah Air. Bayangkan sebuah skenario mengerikan: apa jadinya jika IDI kehilangan kendali atas etika medis? « Kiamat kesehatan » mungkin menjadi gambaran yang tidak berlebihan untuk konsekuensi yang bisa terjadi.

Tanpa payung etika yang kuat dari IDI, fondasi kepercayaan antara dokter dan pasien akan runtuh. Praktik-praktik yang sebelumnya dianggap tabu dan melanggar sumpah dokter berpotensi merajalela. Komersialisasi berlebihan akan menggerogoti idealisme, di mana keuntungan finansial menjadi pertimbangan utama di atas kesejahteraan pasien. Pasien akan menjadi komoditas, bukan lagi individu yang membutuhkan pertolongan.

Dalam ketiadaan kendali etik, standar kompetensi dokter bisa merosot tajam. Tidak ada lagi mekanisme yang efektif untuk memastikan kualitas pelayanan dan kepatuhan terhadap protokol medis berbasis bukti. Dokter yang tidak kompeten atau bahkan melakukan praktik malpraktik tanpa konsekuensi akan mengancam keselamatan pasien. Masyarakat akan hidup dalam ketidakpastian, tidak tahu kepada siapa mereka dapat mempercayakan kesehatan mereka.

Ketiadaan IDI sebagai penjaga etika juga akan membuka pintu bagi praktik-praktik diskriminatif dan tidak adil dalam pelayanan kesehatan. Pasien dengan status sosial atau ekonomi rendah berpotensi menjadi korban praktik yang tidak etis. Keadilan dan pemerataan akses kesehatan yang selama ini diperjuangkan akan sirna, digantikan oleh sistem yang didikte oleh kepentingan segelintir pihak.

Lebih jauh lagi, penelitian dan inovasi di bidang kedokteran dapat kehilangan arah tanpa panduan etika yang jelas. Eksperimen yang tidak bertanggung jawab atau penggunaan teknologi medis tanpa memperhatikan dampaknya pada martabat manusia bisa menjadi kenyataan. Batasan-batasan moral dalam ilmu pengetahuan akan kabur, membawa kita pada konsekuensi yang tidak terduga.

Dalam skenario « kiamat kesehatan » ini, profesi dokter akan kehilangan kehormatan dan kepercayaan masyarakat. Citra luhur seorang penyembuh akan ternoda oleh praktik-praktik yang tidak etis dan merugikan. Masyarakat akan enggan mencari pertolongan medis karena ketidakpercayaan dan ketakutan akan menjadi korban. Sistem kesehatan yang seharusnya menjadi harapan akan berubah menjadi mimpi buruk.

Oleh karena itu, menjaga dan memperkuat peran IDI sebagai penjaga etika medis adalah krusial bagi kelangsungan sistem kesehatan yang berintegritas dan berpihak pada masyarakat. Kehilangan kendali etik sama dengan membuka gerbang menuju « kiamat kesehatan » di mana nilai-nilai kemanusiaan dan profesionalisme tergerus oleh kepentingan sesaat dan praktik-praktik yang tidak bertanggung jawab. IDI adalah benteng terakhir yang harus dijaga bersama demi kesehatan dan kemanusiaan di Indonesia.