Membangun Kepercayaan Publik: Komunikasi IDI di Era Disinformasi

Membangun Kepercayaan Publik: Komunikasi IDI di Era Disinformasi

Di era digital saat ini, laju informasi—baik benar maupun salah—menyebar dengan kecepatan yang belum pernah ada sebelumnya. Fenomena disinformasi atau berita palsu, terutama di bidang kesehatan, menjadi ancaman serius yang dapat merusak kepercayaan publik terhadap institusi medis dan membahayakan kesehatan masyarakat. Dalam konteks ini, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) memegang peran vital dalam membangun dan menjaga kepercayaan tersebut melalui strategi komunikasi yang efektif dan bertanggung jawab.


 

Tantangan Komunikasi di Era Disinformasi

 

IDI menghadapi beberapa tantangan signifikan dalam komunikasinya di tengah badai disinformasi:

  • Kecepatan Penyebaran Disinformasi: Informasi palsu seringkali menyebar lebih cepat dan viral dibandingkan fakta, terutama di media sosial.
  • Sumber yang Tidak Jelas: Sulit membedakan antara informasi yang kredibel dan tidak kredibel, karena banyak disinformasi dikemas sedemikian rupa menyerupai sumber terpercaya.
  • Polarisasi dan Ketidakpercayaan: Disinformasi dapat memicu polarisasi pandangan dan menumbuhkan ketidakpercayaan terhadap otoritas ilmiah dan profesional, termasuk dokter.
  • Literasi Kesehatan yang Rendah: Sebagian masyarakat memiliki literasi kesehatan yang rendah, membuat mereka lebih rentan percaya pada mitos atau klaim kesehatan yang tidak berdasar.
  • Kompleksitas Informasi Medis: Informasi medis seringkali kompleks dan sulit dicerna masyarakat awam, membuka celah bagi penyederhanaan yang keliru atau penyesatan.

 

Strategi Komunikasi IDI dalam Membangun Kepercayaan

 

Untuk menghadapi tantangan ini, IDI menerapkan berbagai strategi komunikasi yang proaktif dan reaktif guna membangun serta mempertahankan kepercayaan publik:

  • Menjadi Sumber Informasi Kredibel dan Otoritatif:
    • Pernyataan Resmi yang Jelas: IDI secara konsisten mengeluarkan pernyataan resmi mengenai isu-isu kesehatan penting, seperti vaksinasi, pandemi, atau penanganan penyakit tertentu, dengan bahasa yang lugas dan mudah dipahami.
    • Mengacu pada Bukti Ilmiah: Setiap informasi atau rekomendasi yang disampaikan IDI selalu didasarkan pada bukti ilmiah terkini dan konsensus medis global.
    • Website dan Media Sosial Resmi: IDI aktif menggunakan website dan akun media sosial resmi sebagai kanal utama untuk menyebarkan informasi yang akurat dan terverifikasi.
  • Edukasi dan Literasi Kesehatan Publik:
    • Kampanye Kesehatan Nasional: IDI terlibat aktif dalam berbagai kampanye kesehatan, baik secara mandiri maupun bekerja sama dengan pemerintah dan organisasi lain, untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya gaya hidup sehat, pencegahan penyakit, dan penanganan kondisi medis yang benar.
    • Program Edukasi Berkelanjutan: Mengadakan seminar, webinar, dan diskusi publik yang terbuka untuk masyarakat umum, membahas topik kesehatan populer dan meluruskan misinformasi yang beredar.
    • Kemitraan dengan Media: Menjalin hubungan baik dengan media massa (cetak, elektronik, online) untuk memastikan informasi kesehatan yang akurat dapat menjangkau khalayak luas. IDI sering menyediakan narasumber ahli untuk klarifikasi isu kesehatan.
  • Klarifikasi dan Respons Cepat terhadap Disinformasi:
    • Tim Pemantau Isu: IDI memiliki tim yang secara aktif memantau peredaran disinformasi atau berita palsu di media sosial dan platform digital lainnya yang berkaitan dengan isu kesehatan atau profesi dokter.
    • Melakukan Fact-Checking: Cepat tanggap dalam melakukan fact-checking terhadap klaim-klaim yang meragukan dan memberikan klarifikasi berbasis bukti ilmiah.
    • Konten Kontra-Narasi: Mengembangkan konten yang secara langsung membantah disinformasi dengan menyajikan fakta secara gamblang, seringkali dalam format visual yang mudah dibagikan.
  • Membangun Jaringan Komunikasi Internal dan Eksternal:
    • Konektivitas Anggota: Menguatkan komunikasi internal di antara anggota IDI agar semua dokter memiliki pemahaman yang sama mengenai isu-isu penting dan dapat menjadi agen penyebar informasi yang benar di lingkungan masing-masing.
    • Kolaborasi Lintas Sektor: Bekerja sama dengan kementerian/lembaga pemerintah, akademisi, organisasi masyarakat sipil, dan influencer terpercaya untuk memperkuat pesan kesehatan dan melawan disinformasi secara kolektif.
  • Transparansi dan Akuntabilitas:
    • Keterbukaan Informasi: IDI berupaya transparan dalam menyampaikan informasi terkait kebijakan, keputusan, dan posisi organisasi mengenai isu-isu kesehatan.
    • Membangun Kanal Umpan Balik: Menyediakan kanal bagi masyarakat untuk menyampaikan pertanyaan, kekhawatiran, atau mengklarifikasi informasi yang mereka terima.

Membangun kepercayaan publik di era disinformasi adalah perjuangan berkelanjutan yang membutuhkan strategi komunikasi yang adaptif, proaktif, dan berlandaskan integritas. Melalui peran sentralnya, IDI terus berupaya menjadi mercusuar informasi kesehatan yang terpercaya, membimbing masyarakat untuk memilah fakta dari fiksi, dan pada akhirnya, berkontribusi pada terciptanya masyarakat yang lebih sehat dan teredukasi.

cabe4d